ROAD TO UTBK 2K20

Sabtu, 13 Juni 2020

Bukan tentang Materi

Semua ada bukan secara tiba-tiba. Semua ada, karena adanya proses. Begitu pula dengan kita manusia,  kita diciptakan oleh Sang Maha Pencipta di atas muka bumi ini untuk selalu berproses. Menikmati setiap bagian-bagian hidup kita. Menikmati setiap proses pendewasaan diri.


Hakikat proses pertumbuhan manusia ialah diawali dari belajar merangkak, kemudian berjalan, dan barulah saat mereka telah kuat untuk menapaki kakinya, mereka akan mencoba berlari. Jadi, tak heran bila saat ini manusia saling berlomba-lomba dalam berlari mengejar sesuatu yang tak tampak.



Bukan berlari untuk sesuatu yang disukai, bukan berlari untuk sesuatu yang diharapkan. Bukan karena aku takut bermimpi tinggi, tapi karena aku sedang mengejar mimpi yang tinggi. Aku mengejar yang tinggi bukan karena gengsi, tapi karena aku Sang Pemimpi. Aku berlari untuk sesuatu yang diharapkan agar aku belajar menyukainya. Bukan hanya untuk kebahagiaan ruhiyah ku seorang. Tapi untuk kebahagian para jiwa yang begantung pada cemerlangnya nasib masa depan ku. Ini bukan hanya sekadar kisah ku dan harapan ku. Namun, ini kisah kami dan harapan-harapan kecil kami, yang kami rangkai menjadi sebuah harapan besar.





Tak mudah bagi ku menginjakkan kaki di tanah subur nan damai ini, kota santri katanya. Bersikap bodoamat bukan keahlian ku, tetapi meraba sebuah kehidupan baru untuk belajar beradaptasi adalah sikap yang harus dimiliki setiap insan yang akan berjuang di tanah tujuan hijrahnya.

Banyak alasan membuat ku jatuh cinta pada tanah yang banyak dihuni oleh mereka yang sering disapa santri. Mereka yang seiring dengan berjalannya waktu, akhirnya bisa mengambil hati ku dan berhasil membawa ku banyak mengembara di Kota Kuda ini.




Masalah datang bukan untuk diratapi. Masalah datang bukan untuk disesali. Masalah datang bukan untuk dikeluhkan. Namun, masalah datang sebagai suplemen bagi masing-masing jiwa yang menghadapinya.

Pernah berjaya pada masanya. Masa yang tak mudah untuk kami lewati tanpa tangan yang saling menggenggam. Masa di mana semua kepala ingin mengeluarkan argumennya masing-masing. Masa di mana semua hati lebih mengedepankan egonya dari pada keutuhan timnya.





Namun, sejauh apapun perahu berlayar, sang nahkoda tau, kemana dirinya harus membawa perahunya kembali. Saat kepala sudah lelah untuk memaksakan argumennya. Saat hati telah hancur, dihancurkan oleh egonya sendiri. Naluri persahabatan hadir untuk kembali, untuk saling memeluk dan mencharger semangat yang sempat menurun kualitasnya.

Kembali memperbarui kualitas diri. Bukan karena semata hanya untuk mengedepankan kepentingan masing-masing. Namun, saling memperjuangkan dengan caranya sendiri.


Aku yang tak pernah yakin akan langkah ku, kini mencoba berdiri tegap menantang masa depan. Jangan halangi aku untuk jatuh di antara bintang-bintang. Biar aku merasakan perihnya tersungkut memeluk bintang-bintang. Namun, bila telah tiba waktunya, aku akan bangkit, dan ku bagikan banyaknya bintang digenggaman kepada kalian.

Bukan tentang materi aku bersama kalian, bukan tentang tinta merah maupun hitam yang terketik pada lembaran legalisir aku bersama kalian. Aku yang ditemukan kalian tanpa secercah harapan dengan bara api yang belum padam berada di dalam hati. Kini aku, kamu, kami semua yang pernah berjuang bersama, harus berpisah sementara.


Perpisahan memang salalu berhasil menggoreskan perihnya. Perpisahan selalu berhasil membuat banyak orang terpaksa meninggalkan sesuatu yang sangat indah dalam bingkai hidupnya. Namun, perpisahan tak selamanya menggoreskan perihnya tanpa alasan.

Bukti hadir dihadapan kita semua, bahwa pertemuan kami, bukan hanya sekedar materi sia-sia. Pertemuan kami banyak mengajarkan pada masing-masing jiwa, bahwa harapan harus selalu digenggam. Mengajarkan bahwa bara api dalam hati harus segera dipadamkan, karena cahaya baik akan berasal dari harapan yang bersinar, bukan dari bara api yang berkobar.

Terima kasih untuk para pejuang terkasih yang telah mengajarkan ku banyak hal, bukan sekadar tinta maupun materi. Setelah genap 22 hari yang lalu aku dan 91 teman berjuang ku jatuh di antara bintang-bintang yang kini siap membawa kami terbang kembali.

Aku bukan penulis handal, teman-teman ku pun, juga bukan motivator hebat. Kami hanya ingin, segelintir kisah kami menjadi kenangan bukan hanya untuk 125 jiwa yang sedang berlari bersama, tapi yang kami inginkan, di antara 125 jiwa yang sedang berlari bersama, ada berjuta, bahkan bermilyaran do’a yang menemani.

Aku dan teman-teman ku hanya ingin menyampaikan, kami benar-benar lulus jalur perjuangan yang bukan hanya sekadar materi dan goresan tinta. Namun, kami lulus dengan diiringi rangkaian senyuman para pahlawan tanpa tanda jasa, yang do’a nya tak akan pernah putus maupun hilang termakan waktu.

Aku tidak memiliki tempat untuk menuntut ilmu, karena aku tak menuntut ilmu. Bukan karena aku sombong, tapi karena ilmu juga tak menuntutku. Aku hanya memiliki tempat untuk menimba ilmu, seperti menimba air, ilmu juga membuatku terus tumbuh dan berproses. Tempat ku menimba ilmu muka tempat terbaik dunia. Namun, yang mulai ku pahami akhir-akhir ini, tempat ku menimba ilmu adalah tempat untuk kami terus berproses, walau dengan lelah, tapi tetap berhias senyuman.


Untuk kesekian kalinya ku ucapkan terima kasih kepada 124 senyum yang aku harapkan tak akan pernah luntur. Senyuman para pejuang yang berdiri tegap di atas bintang. Berdiri tegap bentuk pembuktian bahwa perjuangan para pahlawan tanda jasa terkasih kami selama ini, tak ada yang sia-sia. Semua hanya sedang berproses, untuk mencapai titik pendewasaan.

Terima kasih, salam rindu dari ku untuk 124 jiwa yang sangat ku harapkan kehadirannya di kemudian hari. Salam hormat untuk seluruh pahlawan tanda jasa yang tak lelah melantukan do’anya untuk mengiringi langkah ku. Salam rindu ku, untuk Kota Kuda yang telah memahat banyak kecewa dan banyak menumbuhkan rasa cinta.



Seuntai kata, secarik tulisan dari satu hati mewakili 124 jiwa lainnya, untuk dinikmati perjuangannya.

-Salam Kami, Alumni SMAIT Al-Multazam, tahun penuh perjuangan. GEOMETRY 12th-


Yang Istimewa dari Semua yang Istimewa

        Anak berkebutuhan khusus tidak terlahir secara cuma-cuma. Walaupun tidak ada orang tua yang menginginkan anaknya terlahir dengan memiliki kekurangan, dalam bentuk apapun itu kekurangannya.







        Namun Allah Swt tak pernah menciptakan sesuatu tanpa tujuan. Segala sesuatu yang diciptakan oleh Allah Swt memiliki tujuan yang baik untuk manusia. Begitu pula dengan anak berkebutuhan khusus.

        Anak berkebutuhan khusus diciptakan oleh Allah Swt bukan untuk memberikan suatu kesedihan untuk ayah bundanya, tapi Allah Swt ingin memberikan ayah bundanya ladang untuk menambah pahala. Menambah pahala dengan cara bersabar dan ikhlas dalam menerima titipan dari Allah Swt.

Anak berkebutuhan khusus bukanlah anak yang sakit jiwa maupun tak memiliki akal. Anak berkebutuhan khusus adalah anak yang memiliki keistimewaan yang dihadiahkan oleh Allah Swt.

        Anak berkebutuhan khusus bukan anak yang tidak memiliki apa-apa, tapi anak berkebutuhan khusus memiliki beberapa kekurangan yang tertutupi oleh berjuta keistimewaan.



        Maka dari itu setiap anak berhak mendapatkan pendidikan formal dan pendidikan nonformal. Setiap anakpun berhak mendapatkan pendidikan karakter dari ayah bundanya.

        Pendidikan karakter yang diberikan kepada anak sejak anak usia dini mengajarkan pada anak untuk dapat mengendalikan emosinya.

        Anak disabilitas banyak jenisnya, tidak semua anak disabilitas bisa diperlakukan dengan pelayanan yang sama. Karena kebutuhannyapun juga berbeda-beda. Banyak faktor yang mempengaruhi terjadinya disabilitas harus diperhatikan mulai dari prakelahiran hingga sang bayi telah lahir.


        Anak berkebutuhan khusus yang biasa disebut disabilitas memiliki dua belas kategori. Yang setiap kategori nya memiliki kecerdasan dan metode belajarnya masing-masing sesuai kebutuhannya. Anak berkebutuhan khusus hanya lebih lambat dalam belajar, bukan tidak bisa belajar.

        Autisme adalah salah satu jenis disabilitas yang menghambat perkembangan mentalnya. Dalam hal ini autisme dapat terjadi karena banyak faktor. Salah satu faktornya adalah hereditas dan contohnya adalah kelainan genetik. Kelainan genetik yang dimaksud adalah di saat salah satu kromosom ayah atau bundanya antara satu sama lain.

        Setiap anak berhak mendapatkan metode pembelajaran dengan keahliannya masing-masing yang sesuai dengan keahlian yang dimiliki. Metode itu diterapkan pada kurikulum Sekolah Luar Biasa.

        Tidak setiap anak berkebutuhan khusus harus bersekolah di sekolah luar biasa, tapi mereka yang masih mampu mengikuti pelajaran akademik di sekolah umum masih bisa bersekolah di sekolah umum yang disebut sebagai sekolah inklusif.

        Anak berkebutuhan khusus tidak bisa seratus persen mempelajari pelajaraan akademik. Namun mereka empat puluh persen mempelajari pelajaran akademik dan enam puluh persen mempelajari atau mengembangkan bakat yang mereka punya[1].

        Anak berkebutuhan khusus ada bukan untuk dijauhi, anak berkebutuhan ada untuk kita rangkul, untuk kita berikan semangat lebih, bimbingan, dan pengawasan yang lebih dari anak pada umumnya[2].

        Tidak selamanya hanya anak yang bersekolah pada sekolah umum saja yang bisa berprestasi. Anak berkebutuhan khusus yang bersekolah di sekolah luar biasa pun bisa jauh lebih berprestasi. Karena bakat yang mereka miliki pun bisa jadi lebih dari anak-anak yang bersekolah di sekolah umum.

        Keterbatasan kadang menjadi hambatan bagi seorang anak untuk mendapatkan pendidikan berkualitas. Maka dari itu setiap anak berhak mendapatkan pendidikan yang baik dan setara dengan kondisi perekonomian keluarganya.

        Dari situlah dikatakan bahwa pendidikan bagi anak tidak hanya ditemukan pada lembaga pendidikan formal. Tapi juga ditemukan pada pendidikan karakter di rumahnya yang disampaikan oleh ayah dan bunda.

        Saran untuk para pemegang wewenang di bidang pendidikan Indonesia, anak Indonesia tidak hanyalah mereka yang memiliki ekonomi perkecukupan, tidak hanya mereka yang memiliki fisik dan mental normal. Mereka yang memiliki keistimewaan pada fisik dan mentalnya juga berhak mendapatkan pendidikan yang layak.

        Mereka yang memiliki keistimewaan pada fisik dan mentalnya juga berhak berprestasi. Mereka berhak mengharumkan nama bangsanya. Mereka berhak membanggakan ayah dan bundanya.

        Mereka yang memiliki keistimewaan pada fisik dan mentalnya juga berhak mengenyam pendidikan formal di bangku sekolah. Walaupun tidak mampu bersekolah di sekolah yang sama dengan lainnya.

        Namun setidaknya pemerintah memfasilitasi lebih banyak sekolah luar biasa di kota-kota dan kabupaten-kabupaten terpencil. selain memfasilitasi, sebaiknya pemerintah juga memberikan kemudahan pembayaran masuk sekolah, dan memberikan dana tambahan bagi anak berkebutuhan khusus yang kurang mampu.





        Saran bagi orang tua yang memiliki anak yang mempunyai keistimewaan pada fisik dan mentalnya untuk tidak merasa rendah diri. Tidak merasa sedih. Jangan sampai orang tua malah menyalahi kehadiran sang anak. Karena sang anak membutuhkan perhatian dan semangat khusus dari ayah bundanya.

        Dan saran mungkin lebih tepatnya pesan untuk para anak yang dianugerasi keistimewaan khusus, jangan pernah patah semangat. Karena semangat lahirnya dari diri sendiri yang berarti kesuksesan akan lahir dari keringat kita sendiri.












[1] Wawancara Bu Nia (Kepala SLB-C Dharmawanita, Jalaksana, Kuningan), pada 09 Januari 2020

[2] Wawancara Bu Nirma (Guru SLB-C Dharmawanita, Jalaksana, Kuningan), pada 9 Januari 2020